Rosulullah: “orang yang merasakan manisnya iman adalah orang yang ridho ALLAH sebagai Tuhan. Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai Rosul.” (HR. Muslim: 34).
Sebuah perenungan untuk diriku dan diri seorang wanita
yang merindu syurga~NYA, semoga bisa mengingatkan kita dan menjadikan kita
termasuk ke dalam golongan orang-orang yang sabar dan yakin dengan semua
ketetapan Allah.
“Sesungguhnya pena telah diangkat dan tinta
telah kering…”. Semua ketetapan telah tertuang dalam kitab di Lauful Mahfuz,
tak ada seorangpun yang bisa mengubahnya. dan tak ada yang bisa lari dari
ketetapan-Nya.
Oleh : seorang wanita Perindu syurgaNya
Izinkanlah saya berbagi dalam goresan tulisan
ini… jika menurut saudari~ku, baik, maka ambillah… dan jika menurut saudari~ku, buruk, maka
tinggalkanlah….
saudariku…muslimah… wanita muslimah…laksana bunga….yang menawan… wanita muslimah yang sholehah….bagaikan sebuah
perhiasan yang tiada ternilai harganya… begitu indah… begitu berkilau… begitu menentramkan… teramat banyak yang ingin meraih bunga tersebut… namun tentunya….tak sembarang orang berhak
meraihnya….menghirup sarinya….
hanya dia yang benar-benar terpilihlah…yang
dapat memetiknya… yang dapat meraih pesonanya… dengan harga mahal yang teramat suci… sebuah ikatan amat indah, bernama pernikahan… karena itu, sebelum saatmu tiba, sebelum orang
terpilih itu datang dan menggandengmu dalam istananya… janganlah engkau biarkan dirimu layu sebelum
masanya… jangan kau biarkan serigala liar menjadikanmu
bahan permainan dalam keisengannya… jangan kau biarkan kumbang berebutan menghisap
madumu… jangan kau biarkan mereka mengintipmu diam-diam
dan menikmati pesonamu dalam kesendiriannya…. Jangan kau biarkan ia permainkan hatimu yang
rapuh, atas nama taaruf, atas nama cinta…
Ya….atas nama cinta… Jangan kau biarkan ia permainkan hatimu yang
rapuh, atas nama taaruf, atas nama cinta
Kau tau saudariku…?? Jika seseorang jatuh cinta, maka cinta akan Membuat seseorang lupa akan prinsipnya… Membuat seseorang lupa akan besarnya fitnah
ikhwan-akhwat… Membuat seseorang lupa akan apa yang benar dan
apa yang seharusnya ia hindarkan… Membuat seseorang itu lupa akan apa yang telah
ia pelajari sebelumnya tentang batasan-batasan pergaulan ikhwan akhwat… Membuat seseorang menyerahkan apapun, supaya
orang yang ia cintai ”bahagia” atau ridho terhadap apa yang ia lakukan… Membuat orang tersebut lupa, bahwa cinta mereka
belum tentu akan bersatu dalam pernikahan…
Ya saudariku….ukhty fillah… Jangan sampai cinta menjerumuskanmu dalam lubang
yang telah engkau tutup rapat sebelumnya… Karena itu, jika engkau mulai menyadari adanya
benih-benih cinta mulai tertanam lembut dalam hatimu yang rapuh, segeralah,
buat sebuah benteng yang tebal, yang kokoh… Tanam rumput beracun disekelilingnya… Pasang semak berduri di muara-muaranya
Cinta sejati hanyalah pada Rabbul Izzati. Cinta
yang takkan bertepuk sebelah tangan Namun, Allah tidak egois mendominasi cinta
hamba-Nya… Dia berikan kita cinta kepada anak, istri,
suami, orang tua, kaum muslimin… Cinta begitu dasyat pengaruhnya, jika engkau
tau…. Karena itu, jika engkau mulai menyadari adanya
benih-benih cinta mulai tertanam lembut dalam hatimu yang rapuh, segeralah buat
sebuah benteng yang tebal, yang kokoh… Tanam rumput beracun disekelilingnya… Pasang semak berduri di muara-muaranya…
Berlarilah menjauhinya, menjauhi orang yang kau
cintai… Buat jarak yang demikian lebar padanya… jangan kau berikan ia kesempatan untuk menjajaki
hatimu… Biarlah air mata mengalir untuk saat ini… Karena kelak yang akan kalian temui adalah
kebahagiaan… biarlah sakit ini untuk sementara waktu… biarlah luka ini mengering dengan berjalannya
kehidupan… Karena, cinta tidak lain akan membuat kalian
sendiri yang menderita… Kalian sendiri… Saudariku, tentunya sudah mengerti dan paham… bagaimana rasanya jika sedang jatuh cinta… jika dia jauh, kita merasa sakit karena rindu… jika ia dekat, kita merasa sakit karena takut
kehilangan…. padahal, ia belum halal untukmu, dan mungkin
tidak akan pernah menjadi yang halal…
karena itu, jauhilah ia… jangan kau biarkan dia menanamkan benih-benih
cinta di hatimu, dan kemudian mengusik hatimu… jangan kau biarkan dia mempermainkanmu dalam
kisah yang bernama cinta… maka, bayangkanlah keadaan ini, tentang suamimu
kelak…
sahabatku… sukakah engkau…?? apabila saat ini ternyata suamimu (kelak) sedang
memikirkan wanita yang itu bukan engkau…??? sukakah engkau…?? bila ternyata suamimu (kelak) saat ini tengah
mengobrol akrab, tertawa riang, becanda… saling menatap… saling menggoda… saling mencubit… saling memandang dengan sangat… saling menyentuh…??? dan bahkan lebih dari itu…??
sukakah engkau saudariku…??
sukakah engkau bila ternyata saat ini suamimu
(kelak) sedang jalan bersama gadis lain yang itu bukan engkau…?? sukakah engkau…?? bila saat ini suamimu (kelak) tengah berpikir
dan merencanakan pertemuan berikutnya…?? tengah disibukkan oleh rencana-rencana. apa saja
yang akan ia lakukan bersama gadis itu…??
tidak cemburukah engkau temanku..?? bila saat ini suamimu (kelak) sedang makan
bareng bersama gadis lain atau bahkan segerombolan gadis lain…? suamimu (kelak) saat ini sedang digoda oleh
gadis-gadis… suamimu (kelak) sedang ditelepon dengan mesra… suamimu (kelak) saat ini sedang dicurhatin
gadis-gadis… yang berkata…”aku tak bisa jika sehari tak mengobrol dengamu…”
tidak cemburukah…?? tidak cemburukah…?? tidak
cemburukaaaaahhhhhhhh….. .???
tidak terasa bagaimanakah.. jika suamimu (kelak) saat ini tengah beradu
pandangan… bercengkrama.. bercerita tentang masa depannya… dengan gadis lain yang bukan engkau…???
sukakah engkau suamimu (kelak) saat ini tidak
bisa tidur karena memikirkan gadis tersebut…?? menangis untuk gadis tersebut…?? dan berkata dengan hati hancur…”aku sangat
mencintamu…aku sangat mencintaimu…???” tidak patah hatikah engkau…??? sukakakah engkau bila suamimu (kelak ) berkata
pada gadis lain..”tidak ada orang yang lebih aku cintai selain engkau…??” menyebut gadis tersebut dalam doanya… memohon pada Allah supaya gadis tersebut menjadi
istrinya…
dan ternyata engkaulah yang kelak akan jadi
istrinya…dan bukan gadis tersebut…???
jika engkau tidak suka akan hal itu… jika engkau merasa cemburu…. maka demikian halnya dengan suamimu (kelak)…
dan…Allah jauh lebih cemburu daripada suamimu…. Allah lebih cemburu…saudariku… melihat engkau sendirian…namun pikiranmu enggan
berpindah dari laki-laki yang telah mengusik hatimu tersebut…. saudariku….kalian percaya takdir bukan..?
saudariku….kalian percaya takdir bukan..?
apabila dua orang telah digariskan untuk dapat
hidup bersama… maka… sejauh apapun mereka… sebanyak apapun rintangan yang menghalangi… sebesar apapun beda diantara mereka… sekuat apapun usaha dua orang tersebut untuk
menghindarkannya…
meski mereka tidak pernah komunikasi sebelumnya… meski mereka sama sekali tidak pernah
membayangkan sebelumnya… meski mereka tidak pernah saling bertegur sapa…
PASTI tetap saja mereka akan bersatu…. seakan ada magnet yang menarik mereka… akan ada hal yang datang…untuk menyatukan mereka
berdua…. akan ada suatu kejadian…yang membuat mereka
saling mendekat…dan akhirnya bersatu…
namun… apabila dua orang telah ditetapkan untuk tidak
berjodoh… maka… sebesar apapun usaha mereka untuk saling
mendekat… sekeras apapun upaya orang di sekitar mereka
untuk menyatukannya… sekuat apapun perasaan yang ada diantara mereka
berdua… sebanyak apapun komunikasi diantara mereka
sebelumnya… sedekat apapun…
PASTI…akan ada hal yang membuat mereka akhirnya
saling menjauh… ada hal yang membuat mereka saling merasa tidak
cocok… ada hal yang membuat mereka saling menyadari
bahwa memang bukan dia yang terbaik…. ada kejadian yang menghalangi mereka untuk
bersatu… bahkan ketika mereka mungkin telah menetapkan
tanggal pernikahan…
namun…yang perlu dicatat disini adalah… yakinlah…bahwa yang diberikan oleh Allah… yakinlah…bahwa yang digariskan oleh Allah… yakinlah…bahwa yang telah ditulis oleh Allah
dalam KitabNya.. adalah…yang terbaik untuk kita…. adalah….yang paling sesuai untuk kita… adalah…yang paling membuat kita merasa
bahagia,,,,
karena Dialah…yang paling mengerti kita…lebih
dari kita sendiri… Dialah…yang paling menyayangi kita… Dialah…yang paling mengetahui apa-apa yang
terbaik untuk kita… sementara kita hanya sedikit saja
mengetahuinya…dan itupun hanya berdasarkan pada persangkaan kita…
dan….yang perlu kita catat juga adalah… JIKA KITA TIDAK MENDAPATKAN SUATU HAL YANG KITA
INGINKAN…ITU BUKAN BERARTI BAHWA KITA TIDAK PANTAS UNTUK MENDAPATKANNYA….NAMUN
JUSTRU BERARTI BAHWA…KITA PANTAS…KITA PANTAS MENDAPATKAN YANG LEBIH BAIK DARI
HAL TERSEBUT… KITA PANTAS MENDAPATKAN YANG LEBIH
BAIK…SAUDARIKU…. LEBIH BAIK…. meskipun saat ini…mata manusia kita tidak
memahaminya… meskipun saat itu…perasaan kita memandangnya
dengan sebelah mata… meskipun saat itu…otak kita melihatnya sebagai
sesuatu yang buruk….
Tidak…jangan terburu-buru menvonis bahwa engkau
telah diberikan sesuatu yang buruk….bahwa engkau tidak pantas…. karena kelak…engkau akan menyadarinya… engkau akan menyadarinya perlahan…bahwa apa yang
telah hilang darimu….bahwa apa yang tidak engkau dapatkan….bukanlah yang
terbaik untukmu…bukanlah yang pantas untukmu…bukanlah sesuatu yang baik
,,,,untukmu….
karena itu…saudariku… jangan mubazirkan perasaanmu…air matamu… jangan kau umbar semua perasaan cintamu ketika
engkau tengah menjalin proses taarufan… jangan kau umbar semua kekuranganmu…jangan kau
ceritakan semuanya… jangan kau terlalu ngotot ingin dengannya…jika
engkau mencintainya… karena belum tentu dia adalah jodohmu… pun jangan takut bila ternyata kalian tidak
merasa cocok… karena Allah telah menetapkan yang terbaik untuk
kalian… maka…memohonlah padaNya… mintalah padanya diberikan petunjuk…dan
dijauhkan dari segala godaan yang ada… karena…cinta sebelum pernikahan…pada hakekatnya
adalah sebuah cobaan yang berat…
apakah kalian sering merasa takut…?? Karena
hanya memiliki sedikit saja atau bahkan tidak memiliki teman laki-laki…??? kemudian saudariku…. apakah kalian sering merasa takut…?? Karena
hanya memiliki sedikit saja atau bahkan tidak memiliki teman laki-laki…??? Apakah kalian merasa khawatir…??? Apakah kalian sering merasa iri melihat
gadis-gadis lain yang banyak yang mencintai…banyak yang melamar…banyak yang
menginginkannya…?? Pernahkan terlintas rasa iri tersebut pada
kalian…??? Atau sekedar ungkapan…”hmm…enak ya..kamu…punya
banyak temen laki-laki….” “hmm..kamu sih enak…banyak yang mau…tinggal
milih…?” Saudariku…ketahuilah…. Kelak…kita hanya akan memiliki satu orang suami… Hanya satu saudariku…atau kadang lebih…jika
cerai dan menikah lagi…namun saat yang bersamaan…kita hanya akan punya satu
suami bukan,,,,??? Jadi seberapa banyak pun laki-laki yang menyukai
kita.. Seberapa banyak teman laki-laki kita… Seberapa banyak kenalan kita…. Pada akhirnya kita hanya akan menikah dengan
satu orang laki-laki… Pada akhirnya kita hanya akan jadi milik satu
orang laki-laki…
Dan…percayalah…semua itu tidak ada kaitannya
dengan banyak sedikitnya kenalan…banyak sedikitnya teman laki-laki sama sekali tidak… karena jika wanita yang terjaga maka Allah lah
yang akan mengirimkan pendamping untuknya… karena wanita yang terjaga adalah wanita yang
banyak didamba oleh seorang ikhwan sejati… jadi…jagalah dirimu…hatimu…kehormatanmu…sebelum
saatnya tiba… perbanyak bekalmu…dan doamu… yakinlah…bahwa Allah yang akan memilihkan yang
terbaik untukmu… amien…
*Ya Allah…karuniakanlah kami seorang suami yang
sholeh… yang menjaga dirinya… yang menjaga hatinya hanya untuk yang halal
baginya… yang senantiasa memperbaiki dirinya… yang senantiasa berusaha mengikuti sunnah
Rasulullah… yang baik akhlaknya… yang menerima kami apa adanya… yang membimbing kami dengan lemah lembut… yang akan membawa kami menuju JannahMu Ya Rabb… kabulkan ya Allah… amiin… dan segerakanlah…karena hati kami teramat
lemah…dan cinta sebelum menikah adalah sebuah cobaan yang berat....
“Andai kalian
mengetahui apa yang aku ketahui, nescaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak
menangis.” (Bukhari dan Muslim)
Indahnya hidup dengan celupan iman. Saat itulah
terasa bahwa dunia bukan segala-galanya. Ada yang jauh lebih besar dari yang
ada di depan mata. Semuanya teramat kecil dibanding dengan balasan dan siksa
Allah swt.
Menyadari bahwa dosa diri tak akan terpikul di
pundak orang lain
Siapa pun kita, jangan pernah berpikir bahwa
dosa-dosa yang telah dilakukan akan terpikul di pundak orang lain. Siapa pun.
Pemimpinkah, tokoh yang punya banyak pengikutkah, orang kayakah. Semua kebaikan
dan keburukan akan kembali ke pelakunya.
Maha Benar Allah dengan firman-Nya dalam surah
Al-An’am ayat 164. “…Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan
kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak
akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan
diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan.”
Lalu, pernahkah kita menghitung-hitung dosa yang
telah kita lakukan. Seberapa banyak dan besar dosa-dosa itu. Jangan-jangan,
hitungannya tak beda dengan jumlah nikmat Allah yang kita terima. Atau bahkan,
jauh lebih banyak lagi. Masihkah kita merasa aman dengan mutu diri seperti itu.
Belumkah tersadar kalau tak seorang pun mampu menjamin bahwa esok kita belum
berpisah dengan dunia. Belumkah tersadar kalau tak seorang pun bisa yakin bahwa
esok ia masih bisa beramal. Belumkah tersadar kalau kelak masing-masing kita
sibuk mempertanggungjawabkan apa yang telah kita lakukan.
Menyadari bahwa diri teramat hina di hadapan
Yang Maha Agung
Di antara keindahan iman adalah anugerah
pemahaman bahwa kita begitu hina di hadapan Allah swt. Saat itulah, seorang
hamba menemukan jati diri yang sebenarnya. Ia datang ke dunia ini tanpa membawa
apa-apa. Dan akan kembali dengan selembar kain putih. Itu pun karena jasa baik
orang lain. Apa yang kita dapatkan pun tak lebih dari anugerah Allah yang tersalur
lewat lingkungan.
Kita pandai karena orang tua menyekolah kita.
Seperi itulah sunnatullah yang menjadi kelaziman bagi setiap orang tua.
Kekayaan yang kita peroleh bisa berasal dari warisan orang tua atau karena
berkah lingkungan yang lagi-lagi Allah titipkan buat kita. Kita begitu faqir di
hadapan Allah swt. Seperti itulah Allah nyatakan dalam surah Faathir ayat 15
sampai 17, “Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah
yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Jika Dia
menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru
(untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi
Allah.”
Menyadari bahwa syurga tak akan termasuki hanya
dengan amal yang sedikit
Mungkin, pernah terangan-angan dalam benak kita
bahwa sudah menjadi kemestian kalau Allah swt. akan memasukkan kita kedalam
syurga. Fikiran itu mengalir lantaran merasa diri telah begitu banyak beramal.
Siang malam, tak henti-hentinya kita menunaikan ibadah. “Pasti, pasti saya akan
masuk syurga,” begitulah keyakinan diri itu muncul karena melihat amal diri
sudah lebih dari cukup.
Namun, ketika perbandingan nilai dilayangkan
jauh ke generasi sahabat Rasul, kita akan melihat pemandangan lain. Bahawa,
para generasi sekaliber sahabat pun tidak pernah aman kalau mereka pasti masuk
syurga. Dan seperti itulah dasar pijakan mereka ketika ada order-order baru
yang diperintahkan Rasulullah.
Begitulah ketika turun perintah hijrah. Mereka
menatap segala bayang-bayang suram soal sanak keluarga yang ditinggal, harta
yang pasti akan disita, dengan satu harapan: Allah pasti akan memberikan
balasan yang terbaik. Dan itu adalah pilihan yang tak boleh disia-siakan. Begitu
pun ketika secara tidak disengaja, Allah mempertemukan mereka dengan pasukan
yang tiga kali lebih banyak dalam daerah yang bernama Badar. Dan taruhan saat
itu bukan hal nyawa. Lagi-lagi, semua itu mereka tempuh demi menyongsong
investasi besar, meraih syurga.
Begitulah Allah menggambarkan mereka dalam surah
Al-baqarah ayat 214. “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal
belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum
kamu? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan
bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman
bersamanya: ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya
pertolongan Allah itu amat dekat.”
Menyadari bahwa azab Allah teramat pedih
Apa yang bisa kita bayangkan ketika suatu ketika
semua manusia berkumpul dalam tempat luas yang tak seorang pun punya hak
istimewa kecuali dengan izin Allah. Jangankan hak istimewa, pakaian pun tak
ada. Yang jelas dalam benak manusia saat itu cuma pada dua pilihan: syurga atau
neraka. Di dua tempat itulah pilihan akhir nasib seorang anak manusia.
“Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya,
dari ibu dan bapaknya, dari isteri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka
pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS. 80: 34-37)
Mulailah bayang-bayang pedihnya siksa neraka
tergambar jelas. Kematian di dunia cuma sekali. Sementara, di neraka orang
tidak pernah mati. Selamanya merasakan pedihnya siksa. Terus, dan selamanya.
Seperti apa siksa neraka, Rasulullah saw pernah menggambarkan sebuah contoh
siksa yang paling ringan.
“Sesungguhnya seringan-ringan siksa penghuni
neraka pada hari kiamat ialah seseorang yang di bawah kedua tumitnya diletakkan
dua bara api yang dapat mendidihkan otaknya. Sedangkan ia berpendapat bahwa
tidak ada seorang pun yang lebih berat siksaannya daripada itu, padahal itu
adalah siksaan yang paling ringan bagi penghuni neraka.” (Bukhari dan Muslim)
Setiap manusia
memiliki takdir cintanya Setiap manusia berharap mendapat pasangan yang
sempurna Benarkah hal itu ada ? Benarkah hal itu nyata ?
Setiap dongeng biasanya berakhir bahagia Kisah tentang pengembaraan cinta anak manusia Tapi itu hanya dongeng, bukan kisah nyata Sedang hidup tak selamanya berakhir bahagia
Mengapa manusia terlalu mudah menebar pesona Dengan alasan pencarian sebuah cinta Apakah cinta seperti berhala? Yang wajib disembah-sembah manusia
Allah memberi ke dalam jiwa manusia sebentuk
cinta Bukan untuk diumbar, bukan untuk ditebar
semaunya Karena kesejatian cinta akan berganti arah Saat orientasi tak lagi lurus kepada Allah
semata
Layaknya manusia aku pun mendamba Kan hadirnya sebentuk cinta Namun aku tak berani menerima Bila yang datang hanya menganggapku sebagai
persinggahan sementara
Padanya yang menganggap ku sebagai persinggahan Aku melantunkan sejumput doa Kelak, pasti kan kau dapati selaksa kebahagiaan Begitupun denganku pasti kan ku jumpai secarik
kebaikan
Ampuni aku jika lancang mengatakan Bahwa kau telah menganggapku sebagai
persinggahan Karena secara tidak langsung, aku hanyalah
persinggahan bukan??? Sudahlah, tak mengapa kawan! Sudahlah, tak ingin ku permasalahkan!
Kawan, setelah ini kita mungkin tak kan pernah
bertemu Tak akan ada interaksi intens Hanya akan menimbulkan bias Dan kita tak ingin itu terjadi bukan?
Padanya yang menganggapku sebagai persinggahan Aku menguntai harap Bila kau dapati aku banyak kealpaan Maka maafkanlah lalu lupakanlah aku
Tak ku sesali aku pernah berproses Tak ku sesali yang telah terjadi Tak perlu ditangisi bila akan berakhir Yang ku sesali pernah ada bilur keresahan di
hati
Kini, waktunya menata hati kembali Dan mengumpulkan kepingan hikmah yang berserak Semoga Allah berkenan mengampuni Bila aku tak mampu menjaga hati
Tepatkah keputusanku ini Aku tak tahu pasti Karena Allah aku pernah membuka hati Karena Allah pula aku mesti menutup hati
Rasa itu mungkin akan hadir kembali Bila Allah memang mengkhendaki Namun yang pasti tidak untuk saat ini Azzamku hanya boleh mencintai saat akad terjadi
Maaf, bila aku tak mampu mempertahankan Suatu prosesi yang tengah dijalankan Bukan karena aku tak menginginkan Tapi aku tak ada pilihan
Manusia hanya mampu merencanakan Tak berhak untuk memutuskan Maka pantaskah bagiku memaksakan? Sedang hatinya dan hatiku tak ada kesiapan
Maka izinkan aku menjauh dari kehidupan Seorang lelaki yang ada dihadapan Biar Allah saja yang memutuskan Adakah jodoh terbentang didepan
Maafkan bila aku memilih melepaskan Sungguh aku tak berhak memaksakan Karena engkau pantas mendapatkan Wanita berbudi dan itu bukan aku, kawan!!
Sungguh indah cara Allah mempertemukan Ketika hati membutuhkan jawaban Atas setiap tanya yang ku titipkan Pada Allah sang pemilik kehidupan
Adakah yang lebih indah ketika Allah mengabulkan Ketika aku meminta kekuatan Allah pun memberiku berbagai permasalahan Hingga aku harus berpikir cara untuk
penyelesaian
Adakah yang lebih indah ketika Allah mengabulkan Ketika aku meminta ketegaran Allah pun memberiku batu ujian Hingga aku harus berkeras hati menaklukan
keegoan
Adakah yang lebih indah ketika Allah mengabulkan ketika hati tengah mencari suatu pelabuhan Allah pun menangguhkan untuk suatu masa yang aku sendiri tak tahu kapan
Sungguh beruntung menjadi orang beriman Setiap kesedihan terganti dengan kebahagiaan Setiap kesulitan terganti dengan kemudahan Hingga menjalani hidup cukup dengan senyuman
Tak ku dapatkan apa yang ku mau Tak ku temukan pemilik tulang rusukku Tak ku rengkuh belahan jiwaku Namun aku mendapat satu lagi kawan sejatiku