Jumat, 20 Juli 2012

muslimah laksana bunga

Sebuah perenungan untuk diriku dan diri seorang wanita yang merindu syurga~NYA, semoga bisa mengingatkan kita dan menjadikan kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang sabar dan yakin dengan semua ketetapan Allah.

“Sesungguhnya pena telah diangkat dan tinta telah kering…”. Semua ketetapan telah tertuang dalam kitab di Lauful Mahfuz, tak ada seorangpun yang bisa mengubahnya. dan tak ada yang bisa lari dari ketetapan-Nya.

Oleh : seorang wanita Perindu syurgaNya

Izinkanlah saya berbagi dalam goresan tulisan ini…
jika menurut saudari~ku, baik, maka ambillah…
dan jika menurut saudari~ku, buruk, maka tinggalkanlah….

saudariku…muslimah…
wanita muslimah…laksana bunga….yang menawan…
wanita muslimah yang sholehah….bagaikan sebuah perhiasan yang tiada ternilai harganya…
begitu indah…
begitu berkilau…
begitu menentramkan…
teramat banyak yang ingin meraih bunga tersebut…
namun tentunya….tak sembarang orang berhak meraihnya….menghirup sarinya….

hanya dia yang benar-benar terpilihlah…yang dapat memetiknya…
yang dapat meraih pesonanya…
dengan harga mahal yang teramat suci…
sebuah ikatan amat indah, bernama pernikahan…
karena itu, sebelum saatmu tiba, sebelum orang terpilih itu datang dan menggandengmu dalam istananya…
janganlah engkau biarkan dirimu layu sebelum masanya…
jangan kau biarkan serigala liar menjadikanmu bahan permainan dalam keisengannya…
jangan kau biarkan kumbang berebutan menghisap madumu…
jangan kau biarkan mereka mengintipmu diam-diam dan menikmati pesonamu dalam kesendiriannya….
Jangan kau biarkan ia permainkan hatimu yang rapuh, atas nama taaruf, atas nama cinta…

Ya….atas nama cinta…
Jangan kau biarkan ia permainkan hatimu yang rapuh, atas nama taaruf, atas nama cinta

Kau tau saudariku…??
Jika seseorang jatuh cinta, maka cinta akan
Membuat seseorang lupa akan prinsipnya…
Membuat seseorang lupa akan besarnya fitnah ikhwan-akhwat…
Membuat seseorang lupa akan apa yang benar dan apa yang seharusnya ia hindarkan…
Membuat seseorang itu lupa akan apa yang telah ia pelajari sebelumnya tentang batasan-batasan pergaulan ikhwan akhwat…
Membuat seseorang menyerahkan apapun, supaya orang yang ia cintai ”bahagia” atau ridho terhadap apa yang ia lakukan…
Membuat orang tersebut lupa, bahwa cinta mereka belum tentu akan bersatu dalam pernikahan…

Ya saudariku….ukhty fillah…
Jangan sampai cinta menjerumuskanmu dalam lubang yang telah engkau tutup rapat sebelumnya…
Karena itu, jika engkau mulai menyadari adanya benih-benih cinta mulai tertanam lembut dalam hatimu yang rapuh, segeralah, buat sebuah benteng yang tebal, yang kokoh…
Tanam rumput beracun disekelilingnya…
Pasang semak berduri di muara-muaranya

Cinta sejati hanyalah pada Rabbul Izzati. Cinta yang takkan bertepuk sebelah tangan Namun, Allah tidak egois mendominasi cinta hamba-Nya…
Dia berikan kita cinta kepada anak, istri, suami, orang tua, kaum muslimin…
Cinta begitu dasyat pengaruhnya, jika engkau tau….
Karena itu, jika engkau mulai menyadari adanya benih-benih cinta mulai tertanam lembut dalam hatimu yang rapuh, segeralah buat sebuah benteng yang tebal, yang kokoh…
Tanam rumput beracun disekelilingnya…
Pasang semak berduri di muara-muaranya…

Berlarilah menjauhinya, menjauhi orang yang kau cintai…
Buat jarak yang demikian lebar padanya…
jangan kau berikan ia kesempatan untuk menjajaki hatimu…
Biarlah air mata mengalir untuk saat ini…
Karena kelak yang akan kalian temui adalah kebahagiaan…
biarlah sakit ini untuk sementara waktu…
biarlah luka ini mengering dengan berjalannya kehidupan…
Karena, cinta tidak lain akan membuat kalian sendiri yang menderita…
Kalian sendiri…
Saudariku, tentunya sudah mengerti dan paham…
bagaimana rasanya jika sedang jatuh cinta…
jika dia jauh, kita merasa sakit karena rindu…
jika ia dekat, kita merasa sakit karena takut kehilangan….
padahal, ia belum halal untukmu, dan mungkin tidak akan pernah menjadi yang halal…

karena itu, jauhilah ia…
jangan kau biarkan dia menanamkan benih-benih cinta di hatimu, dan kemudian mengusik hatimu…
jangan kau biarkan dia mempermainkanmu dalam kisah yang bernama cinta…
maka, bayangkanlah keadaan ini, tentang suamimu kelak…

sahabatku…
sukakah engkau…??
apabila saat ini ternyata suamimu (kelak) sedang memikirkan wanita yang itu bukan engkau…???
sukakah engkau…??
bila ternyata suamimu (kelak) saat ini tengah mengobrol akrab, tertawa riang, becanda…
saling menatap…
saling menggoda…
saling mencubit…
saling memandang dengan sangat…
saling menyentuh…???
dan bahkan lebih dari itu…??

sukakah engkau saudariku…??

sukakah engkau bila ternyata saat ini suamimu (kelak) sedang jalan bersama gadis lain yang itu bukan engkau…??
sukakah engkau…??
bila saat ini suamimu (kelak) tengah berpikir dan merencanakan pertemuan berikutnya…??
tengah disibukkan oleh rencana-rencana. apa saja yang akan ia lakukan bersama gadis itu…??

tidak cemburukah engkau temanku..??
bila saat ini suamimu (kelak) sedang makan bareng bersama gadis lain atau bahkan segerombolan gadis lain…?
suamimu (kelak) saat ini sedang digoda oleh gadis-gadis…
suamimu (kelak) sedang ditelepon dengan mesra…
suamimu (kelak) saat ini sedang dicurhatin gadis-gadis… yang berkata…”aku tak bisa jika sehari tak mengobrol dengamu…”

tidak cemburukah…?? tidak cemburukah…?? tidak cemburukaaaaahhhhhhhh…..
.???

tidak terasa bagaimanakah..
jika suamimu (kelak) saat ini tengah beradu pandangan…
bercengkrama..
bercerita tentang masa depannya…
dengan gadis lain yang bukan engkau…???

sukakah engkau suamimu (kelak) saat ini tidak bisa tidur karena memikirkan gadis tersebut…??
menangis untuk gadis tersebut…??
dan berkata dengan hati hancur…”aku sangat mencintamu…aku sangat mencintaimu…???”
tidak patah hatikah engkau…???
sukakakah engkau bila suamimu (kelak ) berkata pada gadis lain..”tidak ada orang yang lebih aku cintai selain engkau…??”
menyebut gadis tersebut dalam doanya…
memohon pada Allah supaya gadis tersebut menjadi istrinya…

dan ternyata engkaulah yang kelak akan jadi istrinya…dan bukan gadis tersebut…???

jika engkau tidak suka akan hal itu…
jika engkau merasa cemburu….
maka demikian halnya dengan suamimu (kelak)…

dan…Allah jauh lebih cemburu daripada suamimu….
Allah lebih cemburu…saudariku…
melihat engkau sendirian…namun pikiranmu enggan berpindah dari laki-laki yang telah mengusik hatimu tersebut….
saudariku….kalian percaya takdir bukan..?

saudariku….kalian percaya takdir bukan..?

apabila dua orang telah digariskan untuk dapat hidup bersama…
maka…
sejauh apapun mereka…
sebanyak apapun rintangan yang menghalangi…
sebesar apapun beda diantara mereka…
sekuat apapun usaha dua orang tersebut untuk menghindarkannya…

meski mereka tidak pernah komunikasi sebelumnya…
meski mereka sama sekali tidak pernah membayangkan sebelumnya…
meski mereka tidak pernah saling bertegur sapa…

PASTI tetap saja mereka akan bersatu….
seakan ada magnet yang menarik mereka…
akan ada hal yang datang…untuk menyatukan mereka berdua….
akan ada suatu kejadian…yang membuat mereka saling mendekat…dan akhirnya bersatu…

namun…
apabila dua orang telah ditetapkan untuk tidak berjodoh…
maka…
sebesar apapun usaha mereka untuk saling mendekat…
sekeras apapun upaya orang di sekitar mereka untuk menyatukannya…
sekuat apapun perasaan yang ada diantara mereka berdua…
sebanyak apapun komunikasi diantara mereka sebelumnya…
sedekat apapun…

PASTI…akan ada hal yang membuat mereka akhirnya saling menjauh…
ada hal yang membuat mereka saling merasa tidak cocok…
ada hal yang membuat mereka saling menyadari bahwa memang bukan dia yang terbaik….
ada kejadian yang menghalangi mereka untuk bersatu…
bahkan ketika mereka mungkin telah menetapkan tanggal pernikahan…

namun…yang perlu dicatat disini adalah…
yakinlah…bahwa yang diberikan oleh Allah…
yakinlah…bahwa yang digariskan oleh Allah…
yakinlah…bahwa yang telah ditulis oleh Allah dalam KitabNya..
adalah…yang terbaik untuk kita….
adalah….yang paling sesuai untuk kita…
adalah…yang paling membuat kita merasa bahagia,,,,

karena Dialah…yang paling mengerti kita…lebih dari kita sendiri…
Dialah…yang paling menyayangi kita…
Dialah…yang paling mengetahui apa-apa yang terbaik untuk kita…
sementara kita hanya sedikit saja mengetahuinya…dan itupun hanya berdasarkan pada persangkaan kita…

dan….yang perlu kita catat juga adalah…
JIKA KITA TIDAK MENDAPATKAN SUATU HAL YANG KITA INGINKAN…ITU BUKAN BERARTI BAHWA KITA TIDAK PANTAS UNTUK MENDAPATKANNYA….NAMUN JUSTRU BERARTI BAHWA…KITA PANTAS…KITA PANTAS MENDAPATKAN YANG LEBIH BAIK DARI HAL TERSEBUT…
KITA PANTAS MENDAPATKAN YANG LEBIH BAIK…SAUDARIKU….
LEBIH BAIK….
meskipun saat ini…mata manusia kita tidak memahaminya…
meskipun saat itu…perasaan kita memandangnya dengan sebelah mata…
meskipun saat itu…otak kita melihatnya sebagai sesuatu yang buruk….

Tidak…jangan terburu-buru menvonis bahwa engkau telah diberikan sesuatu yang buruk….bahwa engkau tidak pantas….
karena kelak…engkau akan menyadarinya…
engkau akan menyadarinya perlahan…bahwa apa yang telah hilang darimu….bahwa apa yang tidak engkau dapatkan….bukanlah yang terbaik untukmu…bukanlah yang pantas untukmu…bukanlah sesuatu yang baik ,,,,untukmu….

karena itu…saudariku…
jangan mubazirkan perasaanmu…air matamu…
jangan kau umbar semua perasaan cintamu ketika engkau tengah menjalin proses taarufan…
jangan kau umbar semua kekuranganmu…jangan kau ceritakan semuanya…
jangan kau terlalu ngotot ingin dengannya…jika engkau mencintainya…
karena belum tentu dia adalah jodohmu…
pun jangan takut bila ternyata kalian tidak merasa cocok…
karena Allah telah menetapkan yang terbaik untuk kalian…
maka…memohonlah padaNya…
mintalah padanya diberikan petunjuk…dan dijauhkan dari segala godaan yang ada…
karena…cinta sebelum pernikahan…pada hakekatnya adalah sebuah cobaan yang berat…

apakah kalian sering merasa takut…?? Karena hanya memiliki sedikit saja atau bahkan tidak memiliki teman laki-laki…???
kemudian saudariku….
apakah kalian sering merasa takut…?? Karena hanya memiliki sedikit saja atau bahkan tidak memiliki teman laki-laki…???
Apakah kalian merasa khawatir…???
Apakah kalian sering merasa iri melihat gadis-gadis lain yang banyak yang mencintai…banyak yang melamar…banyak yang menginginkannya…??
Pernahkan terlintas rasa iri tersebut pada kalian…???
Atau sekedar ungkapan…”hmm…enak ya..kamu…punya banyak temen laki-laki….”
“hmm..kamu sih enak…banyak yang mau…tinggal milih…?”
Saudariku…ketahuilah….
Kelak…kita hanya akan memiliki satu orang suami…
Hanya satu saudariku…atau kadang lebih…jika cerai dan menikah lagi…namun saat yang bersamaan…kita hanya akan punya satu suami bukan,,,,???
Jadi seberapa banyak pun laki-laki yang menyukai kita..
Seberapa banyak teman laki-laki kita…
Seberapa banyak kenalan kita….
Pada akhirnya kita hanya akan menikah dengan satu orang laki-laki…
Pada akhirnya kita hanya akan jadi milik satu orang laki-laki…

Dan…percayalah…semua itu tidak ada kaitannya dengan banyak sedikitnya kenalan…banyak sedikitnya teman laki-laki
sama sekali tidak…
karena jika wanita yang terjaga maka Allah lah yang akan mengirimkan pendamping untuknya…
karena wanita yang terjaga adalah wanita yang banyak didamba oleh seorang ikhwan sejati…
jadi…jagalah dirimu…hatimu…kehormatanmu…sebelum saatnya tiba…
perbanyak bekalmu…dan doamu…
yakinlah…bahwa Allah yang akan memilihkan yang terbaik untukmu…
amien…

*Ya Allah…karuniakanlah kami seorang suami yang sholeh…
yang menjaga dirinya…
yang menjaga hatinya hanya untuk yang halal baginya…
yang senantiasa memperbaiki dirinya…
yang senantiasa berusaha mengikuti sunnah Rasulullah…
yang baik akhlaknya…
yang menerima kami apa adanya…
yang membimbing kami dengan lemah lembut…
yang akan membawa kami menuju JannahMu Ya Rabb…
kabulkan ya Allah…
amiin…
dan segerakanlah…karena hati kami teramat lemah…dan cinta sebelum menikah adalah sebuah cobaan yang berat....

menghias hati dengan menangis


“Andai kalian mengetahui apa yang aku ketahui, nescaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (Bukhari dan Muslim)

Indahnya hidup dengan celupan iman. Saat itulah terasa bahwa dunia bukan segala-galanya. Ada yang jauh lebih besar dari yang ada di depan mata. Semuanya teramat kecil dibanding dengan balasan dan siksa Allah swt.

Menyadari bahwa dosa diri tak akan terpikul di pundak orang lain

Siapa pun kita, jangan pernah berpikir bahwa dosa-dosa yang telah dilakukan akan terpikul di pundak orang lain. Siapa pun. Pemimpinkah, tokoh yang punya banyak pengikutkah, orang kayakah. Semua kebaikan dan keburukan akan kembali ke pelakunya.

Maha Benar Allah dengan firman-Nya dalam surah Al-An’am ayat 164. “…Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan.”

Lalu, pernahkah kita menghitung-hitung dosa yang telah kita lakukan. Seberapa banyak dan besar dosa-dosa itu. Jangan-jangan, hitungannya tak beda dengan jumlah nikmat Allah yang kita terima. Atau bahkan, jauh lebih banyak lagi. Masihkah kita merasa aman dengan mutu diri seperti itu. Belumkah tersadar kalau tak seorang pun mampu menjamin bahwa esok kita belum berpisah dengan dunia. Belumkah tersadar kalau tak seorang pun bisa yakin bahwa esok ia masih bisa beramal. Belumkah tersadar kalau kelak masing-masing kita sibuk mempertanggungjawabkan apa yang telah kita lakukan.

Menyadari bahwa diri teramat hina di hadapan Yang Maha Agung

Di antara keindahan iman adalah anugerah pemahaman bahwa kita begitu hina di hadapan Allah swt. Saat itulah, seorang hamba menemukan jati diri yang sebenarnya. Ia datang ke dunia ini tanpa membawa apa-apa. Dan akan kembali dengan selembar kain putih. Itu pun karena jasa baik orang lain. Apa yang kita dapatkan pun tak lebih dari anugerah Allah yang tersalur lewat lingkungan.

Kita pandai karena orang tua menyekolah kita. Seperi itulah sunnatullah yang menjadi kelaziman bagi setiap orang tua. Kekayaan yang kita peroleh bisa berasal dari warisan orang tua atau karena berkah lingkungan yang lagi-lagi Allah titipkan buat kita. Kita begitu faqir di hadapan Allah swt. Seperti itulah Allah nyatakan dalam surah Faathir ayat 15 sampai 17, “Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah.”

Menyadari bahwa syurga tak akan termasuki hanya dengan amal yang sedikit

Mungkin, pernah terangan-angan dalam benak kita bahwa sudah menjadi kemestian kalau Allah swt. akan memasukkan kita kedalam syurga. Fikiran itu mengalir lantaran merasa diri telah begitu banyak beramal. Siang malam, tak henti-hentinya kita menunaikan ibadah. “Pasti, pasti saya akan masuk syurga,” begitulah keyakinan diri itu muncul karena melihat amal diri sudah lebih dari cukup.

Namun, ketika perbandingan nilai dilayangkan jauh ke generasi sahabat Rasul, kita akan melihat pemandangan lain. Bahawa, para generasi sekaliber sahabat pun tidak pernah aman kalau mereka pasti masuk syurga. Dan seperti itulah dasar pijakan mereka ketika ada order-order baru yang diperintahkan Rasulullah.

Begitulah ketika turun perintah hijrah. Mereka menatap segala bayang-bayang suram soal sanak keluarga yang ditinggal, harta yang pasti akan disita, dengan satu harapan: Allah pasti akan memberikan balasan yang terbaik. Dan itu adalah pilihan yang tak boleh disia-siakan. Begitu pun ketika secara tidak disengaja, Allah mempertemukan mereka dengan pasukan yang tiga kali lebih banyak dalam daerah yang bernama Badar. Dan taruhan saat itu bukan hal nyawa. Lagi-lagi, semua itu mereka tempuh demi menyongsong investasi besar, meraih syurga.

Begitulah Allah menggambarkan mereka dalam surah Al-baqarah ayat 214. “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”

Menyadari bahwa azab Allah teramat pedih

Apa yang bisa kita bayangkan ketika suatu ketika semua manusia berkumpul dalam tempat luas yang tak seorang pun punya hak istimewa kecuali dengan izin Allah. Jangankan hak istimewa, pakaian pun tak ada. Yang jelas dalam benak manusia saat itu cuma pada dua pilihan: syurga atau neraka. Di dua tempat itulah pilihan akhir nasib seorang anak manusia.

“Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari isteri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS. 80: 34-37)

Mulailah bayang-bayang pedihnya siksa neraka tergambar jelas. Kematian di dunia cuma sekali. Sementara, di neraka orang tidak pernah mati. Selamanya merasakan pedihnya siksa. Terus, dan selamanya. Seperti apa siksa neraka, Rasulullah saw pernah menggambarkan sebuah contoh siksa yang paling ringan.

“Sesungguhnya seringan-ringan siksa penghuni neraka pada hari kiamat ialah seseorang yang di bawah kedua tumitnya diletakkan dua bara api yang dapat mendidihkan otaknya. Sedangkan ia berpendapat bahwa tidak ada seorang pun yang lebih berat siksaannya daripada itu, padahal itu adalah siksaan yang paling ringan bagi penghuni neraka.” (Bukhari dan Muslim)

╰ ♥ ╮ Sebuah perenungan akan makna cinta╰ ♥ ╮


Setiap manusia memiliki takdir cintanya
Setiap manusia berharap mendapat pasangan yang sempurna
Benarkah hal itu ada ?
Benarkah hal itu nyata ?

Setiap dongeng biasanya berakhir bahagia
Kisah tentang pengembaraan cinta anak manusia
Tapi itu hanya dongeng, bukan kisah nyata
Sedang hidup tak selamanya berakhir bahagia

Mengapa manusia terlalu mudah menebar pesona
Dengan alasan pencarian sebuah cinta
Apakah cinta seperti berhala?
Yang wajib disembah-sembah manusia

Allah memberi ke dalam jiwa manusia sebentuk cinta
Bukan untuk diumbar, bukan untuk ditebar semaunya
Karena kesejatian cinta akan berganti arah
Saat orientasi tak lagi lurus kepada Allah semata

Layaknya manusia aku pun mendamba
Kan hadirnya sebentuk cinta
Namun aku tak berani menerima
Bila yang datang hanya menganggapku sebagai persinggahan sementara

Padanya yang menganggap ku sebagai persinggahan
Aku melantunkan sejumput doa
Kelak, pasti kan kau dapati selaksa kebahagiaan
Begitupun denganku pasti kan ku jumpai secarik kebaikan

Ampuni aku jika lancang mengatakan
Bahwa kau telah menganggapku sebagai persinggahan
Karena secara tidak langsung, aku hanyalah persinggahan bukan???
Sudahlah, tak mengapa kawan!
Sudahlah, tak ingin ku permasalahkan!

Kawan, setelah ini kita mungkin tak kan pernah bertemu
Tak akan ada interaksi intens
Hanya akan menimbulkan bias
Dan kita tak ingin itu terjadi bukan?

Padanya yang menganggapku sebagai persinggahan
Aku menguntai harap
Bila kau dapati aku banyak kealpaan
Maka maafkanlah lalu lupakanlah aku

Tak ku sesali aku pernah berproses
Tak ku sesali yang telah terjadi
Tak perlu ditangisi bila akan berakhir
Yang ku sesali pernah ada bilur keresahan di hati

Kini, waktunya menata hati kembali
Dan mengumpulkan kepingan hikmah yang berserak
Semoga Allah berkenan mengampuni
Bila aku tak mampu menjaga hati

Tepatkah keputusanku ini
Aku tak tahu pasti
Karena Allah aku pernah membuka hati
Karena Allah pula aku mesti menutup hati

Rasa itu mungkin akan hadir kembali
Bila Allah memang mengkhendaki
Namun yang pasti tidak untuk saat ini
Azzamku hanya boleh mencintai saat akad terjadi

Maaf, bila aku tak mampu mempertahankan
Suatu prosesi yang tengah dijalankan
Bukan karena aku tak menginginkan
Tapi aku tak ada pilihan

Manusia hanya mampu merencanakan
Tak berhak untuk memutuskan
Maka pantaskah bagiku memaksakan?
Sedang hatinya dan hatiku tak ada kesiapan

Maka izinkan aku menjauh dari kehidupan
Seorang lelaki yang ada dihadapan
Biar Allah saja yang memutuskan
Adakah jodoh terbentang didepan

Maafkan bila aku memilih melepaskan
Sungguh aku tak berhak memaksakan
Karena engkau pantas mendapatkan
Wanita berbudi dan itu bukan aku, kawan!!

Sungguh indah cara Allah mempertemukan
Ketika hati membutuhkan jawaban
Atas setiap tanya yang ku titipkan
Pada Allah sang pemilik kehidupan

Adakah yang lebih indah ketika Allah mengabulkan
Ketika aku meminta kekuatan
Allah pun memberiku berbagai permasalahan
Hingga aku harus berpikir cara untuk penyelesaian

Adakah yang lebih indah ketika Allah mengabulkan
Ketika aku meminta ketegaran
Allah pun memberiku batu ujian
Hingga aku harus berkeras hati menaklukan keegoan

Adakah yang lebih indah ketika Allah mengabulkan
ketika hati tengah mencari suatu pelabuhan
Allah pun menangguhkan
untuk suatu masa yang aku sendiri tak tahu kapan

Sungguh beruntung menjadi orang beriman
Setiap kesedihan terganti dengan kebahagiaan
Setiap kesulitan terganti dengan kemudahan
Hingga menjalani hidup cukup dengan senyuman


Tak ku dapatkan apa yang ku mau
Tak ku temukan pemilik tulang rusukku
Tak ku rengkuh belahan jiwaku
Namun aku mendapat satu lagi kawan sejatiku