Kamis, 29 September 2011

5 Kiat Praktis Menghadapi Persoalan Hidup


Manajemen Qalbu
Oleh KH. Abdullah Gymnastiar

Bismillahirrahmaanirrahiim

Suatu hal yang pasti tidak akan luput dari keseharian kita adalah yang
disebut masalah atau persoalan hidup, dimanapun, kapanpun, apapun dan
dengan siapapun, semuanya adalah potensi masalah. Namun andaikata kita cermati dengan seksama ternyata dengan persoalan yang persis sama, sikap orangpun berbeda-beda, ada yang begitu panik, goyah, kalut, stress tapi ada pula yang menghadapinya dengan begitu mantap, tenang atau bahkan malah menikmatinya.
Berarti masalah atau persoalan yang sesungguhnya bukan terletak pada
persoalannya melainkan pada sikap terhadap persoalan tersebut. Oleh
karena itu siapapun yang ingin menikmati hidup ini dengan baik, benar,
indah dan bahagia adalah mutlak harus terus-menerus meningkatkan ilmu
dan keterampilan dirinya dalam menghadapi aneka persoalan yang pasti
akan terus meningkat kuantitas dan kualitasnya seiring dengan
pertambahan umur, tuntutan, harapan, kebutuhan, cita-cita dan tanggung
jawab.
Kelalaian kita dalam menyadari pentingnya bersungguh-sungguh mencari
ilmu tentang cara menghadapi hidup ini dan kemalasan kita dalam melatih
dan mengevaluasi keterampilan kita dalam menghadapi persoalan hidup
berarti akan membuat hidup ini hanya perpindahan kesengsaraan,
penderitaan, kepahitan dan tentu saja kehinaan yang bertubi-tubi.
Na’udzubillah.
1. Siap
Siap apa ? siap menghadapi yang cocok dengan yang diinginkan dan siap
menghadapi yang tidak cocok dengan keiinginan.
Kita memang diharuskan memiliki keiinginan, cita-cita, rencana yang
benar dan wajar dalam hidup ini, bahkan kita sangat dianjurkan untuk
gigih berikhtiar mencapai apapun yang terbaik bagi dunia akhirat,
semaksimal kemampuan yang ALLOH Swt, berikan kepada kita.
Namun bersamaan dengan itu kitapun harus sadar-sesadarnya bahwa kita
hanyalah makhluk yang memiliki sangat banyak keterbatasan untuk mengetahui segala hal yang tidak terjangkau oleh daya nalar dan
kemampuan kita.
Dan pula dalam hidup ini ternyata sering sekali atau bahkan lebih sering
terjadi sesuatu yang tidak terjangkau oleh kita, yang di luar dugaan dan
di luar kemampuan kita untuk mencegahnya, andaikata kita selalu terbenam tindakan yang salah dalam mensikapinya maka betapa terbayangkan hari-hari akan berlalu penuh kekecewaaan, penyesalan, keluh kesah, kedongkolan, hati yang galau, sungguh rugi padahal hidup ini hanya satu kali dan kejadian yang tak didugapun pasti akan terjadi lagi.
Ketahuilah kita punya rencaa, ALLOH Swt, pun punya rencana, dan yang
pasti terjadi adalah apa yang menjadi rencana ALLOH Swt.
Yang lebih lucu serta menarik, yaitu kita sering marah dan kecewa dengan
suatu kejadian namun setelah waktu berlalu ternyata “kejadian” tersebut
begitu menguntungkan dan membawa hikmah yang sangat besar dan sangat bermanfaat, jauh lebih baik dari apa yang diharapkan sebelumnya.
Alkisah ada dua orang kakak beradik penjual tape, yang berangkat dari
rumahnya di sebuah dusun pada pagi hari seusai shalat shubuh, di tengah
pematang sawah tiba-tiba pikulan sang kakak berderak patah, pikulan di
sebelah kiri masuk ke sawah dan yang di sebelah kanan masuk ke kolam.
Betapa kaget, sedih, kesal dan merasa sangat sial, jualan belum, untung
belum bahkan modalpun habis terbenam, dengan penuh kemurungan dan mereka kembali ke rumah. Tapi dua jam kemudian datang berita yang mengejutkan, ternyata kendaraan yang biasa ditumpangi para pedangan tape terkena musibah sehingga seluruh penumpangnya cedera bahkan diantaranya ada yang cedera berat, satu-satunya diantara kelompok pedagang yang senantiasa menggunakan angkutan tersebut yang selamat hanyalah….dirinya, yang tidak jadi berjualan karena pikulannya patah. Subhanalloh, dua jam sebelumnya patah pikulan dianggap kesialan besar, dua jam kemudian patah pikulan dianggap keberuntungan luar biasa.
Oleh karena itu “fa idzaa azamta fa tawaqqal alalloh” bulatkan tekad,
sempurnakan ikhtiar namun hati harus tetap menyerahkan segala keputusan dan kejadian terbaik kepada ALLOH Swt. Dan siapkan mental kita untuk menerima apapun yang terbaik menurut ilmu ALLOH Swt.
ALLOH Swt, berfirman dalam Al-Quran surat Al-Baqoroh ayat 216, boleh
jadi engkau tidak menyukai sesuatu padahal bagi ALLOH Swt, lebih baik
bagimu dan boleh jadi engkau menyukai sesuatu padahal buruk dalam
pandangan ALLOH Swt.
Maka jikalau dilamar seseorang, bersiaplah untuk menikah dan bersiap
pula kalau tidak jadi nikah, karena melamar kita belumlah tentu jodoh
terbaik seperti yang senantiasa diminta oleh dirinya maupun orang
tuanya.
Kalau mau mengikuti Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri, berjuanglah
sungguh-sungguh untuk diterima di tempat yang dicita-citakan namun
siapkan pula diri ini , andaikata ALLOH Yang Maha Tahu bakat, karekter
dan kemampuan kita sebenarnya akan menempatkan di tempat yang lebih cocok, walaupun tidak sesuai dengan rencana sebelumnya.
Melamar kerja, lamarlah dengan penuh kesungguhan, namun hati harus siap andaikata ALLOH Swt, tidak mengijinkan karena ALLOH Swt, tahu tempat jalan rizki yang lebih berkah.
Berbisnis ria, jadilah seorang profesional yang handal, namun ingat
bahwa keuntungan yang besar yang kita rindukan belumlah tentu membawa maslahat bagi dunia akhirat kita, maka bersiaplah menerima untung terbaik menurut perhitungan ALLOH Swt. Demikianlah dalam segala urusan apapun yang kita hadapi.
2. Jangan Mempersulit Diri
Andaikata kita mau jujur, sesungguhnya kita ini paling hobi mengarang, mendramatisir dan mempersulit diri, sebagian besar penderitaan kita adalah hasil dramatisasi perasaan dan pikiran sendiri, selain tidak pada tempatnya, juga pasti membuat masalah akan menjadi besar, lebih seram, lebih dahsyat, lebih pahit, lebih gawat, lebih pilu daripada kenyataan aslinya dan tentu ujungnya akan terasa jauh lebih nelangsa, lebih repot dalam menghadapinya/menyelesaikannya.
Orang yang menghadapi masa pensiun terkadang jauh sebelumnya sudah
sengsara terbayang gaji yang kecil, pasti tidak akan mencukupi kebutuhan
padahal saat ini saja sudah pas-pasan, ditambah lagi kebutuhan anak-anak yang kian membengkak, anggaran rumah tangga plus listrik, air, cicilan rumah belum lunas, utang belum terbayar, belum lagi andaikata sakit, tak ada anggaran pengobatan, umur makin menua, fisik kian melemah, semakin panjang derita kita buat, maka semakin panik menghadapi pensiun, tentu saja sangat boleh kita memperkirakan kenyataan yang akan terjadi namun harus terkendali dengan baik jangan sampai perkiraan itu membuat putus asa dan sengsara sebelum waktunya.
Begitu banyak orang yang sudah pensiun yang ternyata tidak segawat yang diperkirakan atau bahkan jauh lebih tercukupi dan berbagahagia daripada sebleumnya, apakah Allah Swt, Yang Maha Kaya akan menjadi kikir terhadap para pensiunan atau terhadap kakek dan nenek-nenek padahal pensiun hanyalah salah satu episode hidup yang harus dijalani yang tidak mempengaruhi janji dan kasih sayang Allah Swt.
Maka dalam menghadapi persoalan apapun, jangan hanyut dan tenggelam
dalam pikiran yang salah, kita harus tenang, menguasai diri, renungkanlah janji dan jaminan pertolongan Allah Swt, dan bukanlah kita sudah sering melalui masa-masa yang sangat sulit dan ternyata bisa lolos pada akhirnya, tidak segawat yang kita perkirakan sebelumnya.
a. Yakinilah bahwa Allah Yang Maha Tahu segalanya pasti telah mengukur
ujian yang menimpa kita sesuai dengan dosis yang tepat dengan
keadaan dan kemampuan kita, karena Dia tahu persis diri kita lebih
tahu daripada diri kita sendiri (bukanlah dia sendiri yang
merancang, menciptakan dan mengurus diri kita setiap saat). Allah
Swt, tidak akan membebani seseorang kecuali sesuai dengan
kesanggupannya. Maha Suci Allah dari perbuatannya mendzolimi
hamba-hamba-Nya.
b. Yakinilah setiap kesulitan itu selalu didampingi kemudahan “karena
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesunggunya
sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan” ( Al Insyiroh 5,6),
sampai dua kali Allah Swt, mengutarakan janji-Nya. Tidak mungkin
dalam hidup ini terus-menerus kesulitan, karena dunia ini bukan
neraka, begitupun tidak mungkin dalam hidup ini terus-menerus
kelapangan dan kemudahan karena dunia ini bukan sorga, segalanya
pasti akan ada akhirnya dan dipergilirkan dengan keadilan Allah
Swt.
________________________________________
KH. Abdullah Gymnastiar, Pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung, bisa dihubungi melalui aagym@indo.net.id

Tidak ada komentar: